Jangan Terlena BEV, Indonesia Harus Lompat ke Hidrogen

Mobil hidrogen Toyota (Carscoops)

JAKARTA, AVOLTA – Era elektrifikasi di Indonesia sudah tak dapat terbantahkan. Mobil listrik murni, menjadi salah satu teknologi yang didorong penggunaanya oleh pemerintah.

Namun ke depan, tidak hanya kendaraan listrik berbasis baterai yang bisa dikembangkan di Tanah Air. Pemanfaatan tenaga lain, seperti hidrogen juga harus dipertimbangkan, baik oleh pemerintah maupun pabrikan roda empat yang berbisnis di Indonesia.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EVTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan, jika Indonesia memiliki banyak kelebihan listrik. Sehingga, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen.

“Bicara baterai kita bicara KBLBB (kendaraan bermotor listrik berbasis baterai) ini kan sampai 2030. Itu sebenarnya sudah beralih ke hidrogen. Jadi, negara maju itu lompat,” jelas Dadan, saat FGD Standard grCo2/km dan Subsidi KBLBB yang Tidak Membebani APBN, ditulis Sabtu (17/12/2022).

Yamaha dan Toyota kolaborasi mengembangkan mesin hidrogen di masa depan. (Toyota/Yamaha)

Sementara itu, baterai sendiri dalam sebuah kajian menjadi penyumbang emisi timbal di daerah-daerah yang melakukan recycling atau daur ulang. Pasalnya, baterai itu sendiri limbah B3 yang memang berbahaya dan juga beracun.

Dengan begitu, Dadan menyarankan, Indonesia tidak usah terlalu lama mengadopsi kendaraan listrik berbasis baterai, dan mobil hidrogen bisa menjadi salah satu alternatif pilihan untuk lebih ramah lingkungan.

“Jadi kita harus cepat masuk ke EV dan cepat meninggalkan karena kan baterai ini adalah B3. Kita harus lompat ke hidrogen. Makanya salah satu kelebihan dari excess power PLN, excess power itu sebenarnya bisa untuk produksi hidrogen,” tukas Dadan.

CATEGORIES
TAGS