Insentif Hybrid Bisa Hambat Pergerakan Mobil Listrik

Toyota Kijang Innova Zenix berteknologi hybrid, produksi Karawang. (TMMIN)

JAKARTA, AVOLTA – Mayoritas pabrikan asal Jepang yang ada di Indonesia menuntut agar pemerintah ikut memberikan insentif kepada mobil dengan teknologi hybrid. Para produsen menilai hibrida sama seperti listrik murni yang tidak mengeluarkan emisi alias ramah lingkungan.

Alhasil, pemerintah sejak beberapa waktu lalu sampai saat ini masih merumuskan pemberian bantuan kepada produsen dan konsumen pengguna mobil hybrid. Pendapat pro dan kontra pun mencuat, salah satunya Analisa dari Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad.

Tauhid mengatakan, rencana kebijakan insentif untuk hybrid electric vehicle (HEV) berpotensi menghambat kemajuan ekosistem BEV (battery electric vehicle) di Indonesia. Meski tujuan pemerintah sangat bagus, yaitu mempercepat netralitas karbon pada 2060.

Akan tetapi, langkah ini dianggap dapat mempengaruhi kemajuan ekosistem BEV di Indonesia yang telah menunjukkan pertumbuhan positif. Jika ekosistem mobil listrik terhenti, maka dapat menghambat inovasi dan keberlanjutan industri otomotif domestik.

“Tren penjualan mobil hybrid tentu akan meningkat ketika insentif diberlakukan, sehingga bisa mendistorsi pangsa pasar mobil listrik di tanah air. Namun, rencana kebijakan insentif untuk HEV berpotensi menghambat kemajuan ekosistem BEV di Indonesia, ” kata Tauhid dalam siaran pers, Sabtu (22/6/2024).

Menurut Tauhid, sekarang ini Indonesia sudah memiliki pabrik perakitan kendaraan listrik yang akan didukung oleh pabrik baterai kendaraan listrik, sehingga memungkinkan BEV untuk terus berkembang berkat kemajuan dalam teknologi dan baterai.

Terakhir, kata dia insentif hybrid juga dapat mengganggu potensi investasi dalam pengembangan ekosistem BEV di Indonesia. Beberapa jenama kendaraan telah melirik Indonesia sebagai pasar yang vital, termasuk dalam melaksanakan kegiatan produksi.

CATEGORIES
TAGS